Senin, 11 Desember 2017

Lima film Korea yang Bakal Ngebuat Kamu Mikir kalo Jadi Ibu itu kudu “Strong”.



 1. A long visit 

 Bercerita tentang seorang anak yang telah menjadi ibu. Ia merasakan bagaimana menjadi ibu itu tidak mudah. Ibu akan tetap menganggap anaknya sebagai anak yang dulu ia asuh meskipun dia sudah menjadi seorang ibu. 






 2. Wonderful nightmare 
 Bagaimana jadinya bila seorang wanita karier yang sedang dalam puncak popularitas tiba-tiba menjadi seorang ibu rumah tangga biasa? ternyata ibu rumah tangga biasa juga memiliki banyak permasalahan yang tidak mudah. Bagaimana cara ia menghadapinya? 






 3. The Preparation 

 Ibu memang memiliki kasih sepanjang masa. Hal ini lah yang terlihat dari film ini. Tentang lelaki paruh baya yang memiliki keterbelakangan mental, seorang ibu harus selalu menyiapkan dan mengurus segala kebutuhannya. Lalu bagaimana bila ibu telah divonis umurnya tidak lama lagi? Apa yang harus ibu lakukan agar anaknya tetap hidup dengan baik meski ia telah tiada?  


4. Miss Granny 

Film ini sudah diadaptasi di Indonesia dengan judul “Sweet 20” dan Thailand berjudul “Suddenly 20”. Bercerita tentang seorang nenek yang pemarah, tukang ngatur, suka mengurusi urusan orang lain, egois dan sifat-sifat lain yang membuat keluarga anaknya tidak menyukainya. Bahkan anaknya berencana membawa ia ke panti jompo. Hal tersebut membuat ia sakit hati mengingat bagaimana ia dulu merawat anaknya saat kondisi sulit tanpa suami. Ia pun pergi ke studio foto untuk mempersiapkan foto pemakamanya nanti. Tiba-tiba saat dipotret, ia berubah menjadi gadis berusia 20 tahun. Apakah yang akan ia lakukan bila ia kembali menjadi muda? Akankah ia terus menjadi gadis atau kembali ke keluarga menjadi  seorang nenek dan ibu?


 5. My Brilliant Life
  Daya tarik film ini salah satunya dari para pemainnya yaitu Song Hye Kyo dan Kang Dong Won. Sepasang suami istri yang masih muda memiliki seorang anak yang mengidap penyakit progeria syndrome. Penyakit ini mengakibatkan seseorang mengalami penuaan lebih cepat dari normalnya. Sebagai orang tua, mereka berjuang membuat anaknya merasa bahagia dan dapat menikmati hidup layaknya orang normal.

Jumat, 11 Oktober 2013

Bukan sekedar kata- kata

Untuk umiku tersayang…. Umi…. Betapa bersyukurnya aku memiliki ibu sepertimu.. sungguh.. Aku mendengar cerita dari banyak teman tentang ibu mereka masing-masing. Dan aku rasa, Cuma umi lah yang paling hebat diantara semuanya. Umi, betapa engkau sungguh kerja keras membesarkan kami. Menjadikan kami anak yang tahu diri, tahu sopan santun, dan tahu masalah agama serta hal-hal lainnya. Sekarang aku sedikit banyak dapat merasakan apa yang telah umi ajarkan. Ingat ketika dulu waktu aku kecil. tiap kali makan, makananku tersisa dan umi menghabiskannya. Aku tidak tahu apa nanti aku bisa itu pada anakku.

Aku berpikir, betapa umi sangat mencintai kami. Aku tahu mi, tentang kesedihanmu karena mendengar keluh kesahku disini. Aku sebenarnya hanya sekedar bercerita tentang seringnya ujian, laporan menumpuk dan keadaan social yang tidak sesuai. Namun tidak kuduga bahwa umi akan sangat memikirnya, mejadikan hal tersebut beban, dan bahkan meneteskan air mata. Umi bahkan berharap dapat menggantikan posisiku agar umi yang menanggu semua beban itu. Bukan itu mi yang aku maksud, bukan karena itu aku bercerita mi. aku baik-baik saja, percayalah. Aku bisa menghadapi semua ini, bahkan jauh dari apa yang umi kira. Hanya doa yang terus mengalir dari umi yang aku harap agar aku dapat melewati ini semua. Umi, setiap kali aku mengingatmu, tetes air mata tak sadar keluar.

Aku membayangkan, apa aku bisa nantinya menjadi sepertimu. Umi sosok ibu, istri, saudara dan anggota masyarakat yang hebat. Aku takut sekali, kehilangan umi. Aku ingin sebenarnya terus berada di dekat umi. Tapi itu tidak mungkin, aku tidak akan menjadi hebat bila aku seperti itu, karena aku akan bergantung padamu. Umi, aku tahu umi sangat sayang pada kami. Kamipun juga begitu. Namun bukan berarti hal tersebut membuat kita tidak bisa jauh dari umi kan? Jauh dari kampung halaman. Tidak semua yang kami inginkan bisa kami dapat di kota kelahiran kami. Jadi tolong umi, beri kami ridhomu untuk meneruskan pendidikan kami jauh dari kampung halaman.

Sungguh umi, aku sangat menyayangi umi. Meskipun umi tidak pernah membacakan dongeng sebelum tidur, meskipun umi tidak pernah mencium kening kami sebelum tidur, meskipun umi jarang masak untuk kami, bahkan meskipun umi tidak pernah memberi kado ulang tahun. Itu tidak akan mengurangi sedikitpun sayangku pada umi. Sungguh. Aku ingin sekali sebenarnya, setiap hari meminta maaf pada umi. Bahkan meskipun aku saat itu tidak melakukan kesalahan, karena aku terlalu banyak membuat kesalahn pada umi sebelumnya. Terlalu sering membuat umi marah. Terlalu sering membuat umi kecewa. Atau bahkan tak pernah sekalipun membuat bangga umi.

Aku benar-benar minta maaf umi. Aku belum bisa menjadi anak yang baik. Aku belum bisa menjadi anak yang berbakti, yang membanggakan umi seperti anak-anak yang lain. Aku sekarang sudah semakin dewasa mi, sudah tidak seperti fina yang dulu. Fina yang cengeng, yang selau merengek, yang rewel dan mau enaknya sendiri. Aku sudah sedikit-sedikit merubah itu semua mi, umi pasti akan bangga padaku. Umi tidak perlu khawatir lagi padaku. Umi, hanya ridho dan doa umi yang aku harap, aku tidak akan berani melangkah bila umi tidak memberi ridho jalan apa yang aku pilih. Terima kasih umi telah menjadi sosok yang bisa aku contoh, yang bisa aku banggakan dan yang bisa menginspirasiku. Terima kasih umi. I love you.